Senin, Februari 04, 2013

(Stop Cyberbully) Internet : “Si Pintar nan Penurut”

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk membagi dan mengakses informasi.

Jarak kini tidak lagi menjadi soal, cukup berhadapan dengan sebuah layar, kita telah diajak berkeliling dunia.

Satu produk dari Iptek yang telah kita kenal lama adalah internet.

Internet menjadi pusat akses berbagai macam informasi dan pusat komunikasi serta interaksi antara pengguna satu dengan pengguna lainnya.

Internet menjadi sebuah produk pintar yang memainkan banyak peran.

Internet bisa menjadi sebuah ensiklopedi, dengan beragam informasi yang ditawarkan kepada penggunanya, bisa menjadi jurnalis yang  mengabarkan berita dari ujung dunia ke ujung dunia lain, dan ringkasnya ia dapat memerankan berbagai peran dalam satu akses.

Menjadi sebuah nilai positif kehadiran internet bagi kehidupan manusia.

Seiring perkembangan dan semakin pintarnya internet, menjadi sebuah poin penting bagi pengguna untuk memilih dan memilah kekayaan informasi yang tersaji.

Bijaksana dalam berkomunikasi menjadi poin yang perlu diperhatikan juga ketika berinteraksi di hiruk pikuk akses yang semakin intens.

Disamping pintar, internet adalah produk yang penurut, Internet akan menuruti perintah dari penggunanya.

Setiap akses dari pengguna akan diterjemahkan oleh Internet sebagai sebuah perintah yang harus dieksekusi.

Ketika pengguna membagi informasi, maka internet memperoses informasi untuk ditampilkan dan dikirimkan pada pengguna lain, atau ketika pengguna memasukan kata kunci pencarian, maka Internet memproses perintah dengan menampilkan informasi sesuai dengan kata kunci yang diinginkan.

Sifat penurut dari Internet ini, menjadi sebuah kelebihan, ketika Internet dengan tanggap merespon perintah dari pengguna, sehingga informasi dapat diterima dengan cepat.

Namun sifatnya yang penurut ini, akan berdampak negatif ketika oknum pengguna memanfaatkan internet untuk merugikan pengguna lain.

Misalnya ketika konten negatif yang diinput oknum tidak bertanggung jawab menyebar, terlebih lagi ketika dengan sifat penurutnya, internet menyebarkan pesan yang berisi penipuan atau berisi cacian yang merendahkan pengguna lain tanpa adanya pencegahan.

Itulah dia dua sifat Internet, “Si pintar nan penurut”.

Dengan kelebihan dan kekurangannya tersendiri.

Kelebihan yang disandang internet, tentu menjadi sebuah kebaikan dari internet yang perlu kita syukuri, kita hanya perlu menyesuaikan diri untuk terus mengikuti perkembangannya.

Namun sebuah sorotan besar tertuju pada celah-celah lemah internet, yang bisa kapan saja dimanfaatkan oleh oknum pengguna, sehingga menimbulkan masalah dan dampak negatif bagi pengguna lain.

Sebuah kasus yang sering terjadi, meski masih asing di telinga adalah apa yang disebut dengan Cyberbullying, yaitu ketika Internet menjadi media untuk  mengintimidasi, menyebar isu, menebar cacian, yang menyebabkan kerugian pada seseorang.

Celah-celah lemah dari internet dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan cyber.

Setiap pelaku tentu memiliki motif-motif tersendiri, baik sekedar lelucon, dendam pribadi atau sekedar pemuas semata.

Terlepas dari motif-motif yang beragam, melakukan bullying tidak bisa dibenarkan.

Cyberbullying dilancarkan pada seseorang ataupun kelompok, baik ditujukan langsung pada target, atau dihadapan khalayak ramai.

Dampak yang semakin besar terjadi, ketika bullying dilancarkan pada khalayak banyak, yang akan menimbulkan ketegangan-ketegangan berkepanjangan.

Dan dengan media internet yang maya ini, pelaku Cyberbullying dapat menyerang targetnya tanpa dengan mudah diketahui identitas aslinya.

Sebuah tugas penting bagi kita untuk menekan cyberbullying ini, meskipun akan sulit menghilangkannya secara keseluruhan, tapi setidaknya ada usaha kecil untuk mengurangi kejahatan cyber ini.

Kita kembali pada dua sifat internet yang dipaparkan di atas, Internet itu pintar dan penurut.

Mengetahui dua sifat ini akan bermanfaat bagi kita untuk mengupayakan sebuah solusi.

Internet yang semakin pintar memberikan keleluasan tersebarnya informasi.

Disini kita bisa melakukan upaya dan solusi, tentang bagaiamana batasan-batasan informasi yang ditampilkan.

Pembatasan informasi baik dari jenis dan konten akan memberikan ruang harmonis bagi pengguna internet agar terbebas dari konten-konten yang tidak pantas.

Tidak hanya membatasi konten, namun juga memverifikasi setiap pengguna yang mengakses Internet, sehingga dapat ditindaklanjuti, ketika pengguna melakukan hal-hal yang merugikan.

Upaya penanggulangan Cyberbullying ini bisa dibagi dalam dua ranah, ranah pengelola atau penyedia layanan (pemerintah dan operator layanan) dan ranah pengguna.

Untuk mempermudah saya akan coba aplikasikan di situs kita ini, Kompasiana.

Pertama, ranah pengelola atau penyedia layanan.

Di ranah ini ada beberapa hal yang bisa di upayakan untuk menekan Cyberbullying, seperti :

1.Pengelola kompasia hendaknya memperketat proses registrasi member baru, dengan keharusan mengisi data yang lengkap, semisal no.identitas, alamat, dan nomor telepon.

Di sini pengelola bisa menangguhkan proses registrasi, jika data tidak dapat dilengkapi, hal ini sebagai pencegahan awal akun-akun yang tidak bertanggung jawab dan juga pengelola bisa menyimpan data pengguna pada sebuah database yang akan sangat membatu kedepannya.

2.Pengelola kompasiana hendaknya memperketat syarat dan ketentuan seputar posting dan aktifitas pengguna.

Sebagaimana setiap posting tidak boleh berbau SARA atau engandung kata-kata tidak pantas.

Menindaklanjuti pengguna yang tidak dapat menjaga sikap ketika berkomentar di forum maupun di kolom komentar.

Di sini pengelola kompasiana hendaknya memiliki kewenangan untuk mengahapus postingan yang tidak sesuai syarat, menangguhkan akun hingga melakukan pemblokiran akun.

3.Penyedian layanan hendaknya memberikan pengetahuan yang cukup pada pengguna khususnya dan masyarakat umumnya tentang bagaimana berinternet secara sehat, dan memberikan pengetahuan mengenai motif-motif kejahatan di dunia cyber.

4.Pemerintah hendaknya mengatur hukuman yang sesuai bagi pelaku Cyberbullying, agar ada rasa jera.

Dengan modal itu semua Insya Allah akan memudahkan pengelola melakukan pencegahan dan penanganan terhadap Cyberbullying.

Kedua, ranah pengguna.

Di ranah ini ada beberapa upaya yang bisa dilakukan pengguna, seperti:

1.Pengguna kompasian hendaknya semakin meningkatkan kesadaran diri tentah bahaya Cyberbullying, dengan tidak menjadi pelaku ataupun mendukung pelaku Cyberbullying.

2.Pengguna kompasian hendaknya menjaga diri dari provokasi-provokasi bullying yang dilancarkan sejumlah pihak, sehingga tidak ikut terjebak dan mendukung pelaku secara langsung atau tidak langsung.

3.Pengguna kompasiana hendaknya tidak mendahului melakukan bullying, agar tidak mendaptkan perlakuan yang sama.

4.Pengguna kompasiana hendaknya bisa bersabar diri, seandainya mendaptkan bullying dari seseorang dengan tidak membalasnya lebih.

Usahakan menasehati pelaku jika pelaku adalah orang yang dikenal.

Dan jika pelaku tidak dikelanal bisa ditindaklanjuti pada pihak yang berwajib.

Di samping upaya-upaya dari dua ranah di atas, ada beberapa hal yang perlu ditambahkan mengenai pemicu-pemicu Cyberbullying yang tidak disadari, seperti :

1Membicarakan kekurangan-kekurangan orang lain.

Meskipun apa yang dibicarakan adalah benar ada pada orang yang bersangkutan, tentu akan menimbulkan sakit hati, dan jika orang yang bersangkutan menaruh dendam, akan menjadi motif bullying.

Untuk itu menjaga perkataan/tulisan adalah hal yang penting untuk menjaga perasaan sesama.

2.Berlebihan dalam lelucon.

Lelucon yang yang dimaksudkan untuk mencairkan suasana, tidak lagi menjadi penyejuk, justru menjadi sebuah bullying yang menyakiti hati jika terlalu berlebihan.

Karena tidak semua lelucon itu baik, lelucon yang dilakukan berlebih tanpa melihat kondisi orang lain, tentu akan menjadi tamparan keras berujung bullying.

3.Nasehat yang menjadi bullying.

Bagaimana nasehat menjadi bulying?

Ketika sebuah tanggapan yang berniat meluruskan, tapi niat itu dcemari rasa ingin dipuji dan dianggap lebih pintar.

Tanpa melihat perasaan orang la nasehati dengan sikap merendahkan, tentu ini akan sakit sekali bagi si penerima nasehat, terlebih lagi rasa malu di hadapan orang banyak.

Sebagai solusi, agar niat tidak tercemar hendaknya dibicarakan langsung (empat mata), sehingga si penerima nasehat tidak merasa malu di hadapan orang banyak.

Demikian apa yang bisa saya paparkan, perihal Cyberbullying ini memang tidak sesingkat apa yang saya tulis, tapi harapan besar setiap ranah dapat mengemban perannya masing-masing untuk menekan Cyberbullying ini.

Id.Lomba : 229

[Tulisan ini ditujukan guna meningikuti lomba "Stop Cyberbully" dan untuk melihat karya-karya lain, silakan klik http://www.kompasiana.com/stop_cyberbully]


View the original article here

Tidak ada komentar: